Wisata

Selasa, 13 Maret 2012

Ngarai Sianok

   Ngarai Sianok adalah sebuah lembah curam (jurang) yang terletak di perbatasan kota Bukittinggi, di kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Lembah ini memanjang dan berkelok sebagai garis batas kota dari selatan ngarai Koto Gadang sampai ke nagari Sianok Anam Suku, dan berakhir di kecamatan Palupuh. Ngarai Sianok memiliki pemandangan yang sangat indah dan juga menjadi salah satu objek wisata andalan provinsi.

Ngarai Sianok yang dalam jurangnya sekitar 100 m ini, membentang sepanjang 15 km dengan lebar sekitar 200 m, dan merupakan bagian dari patahan yang memisahkan pulau Sumatera menjadi dua bagian memanjang (patahan Semangko). Patahan ini membentuk dinding yang curam, bahkan tegak lurus dan membentuk lembah yang hijau—hasil dari gerakan turun kulit bumi (sinklinal)—yang dialiri Batang Sianok (batang berarti sungai, dalam bahasa Minangkabau) yang airnya jernih. Di zaman kolonial Belanda, jurang ini disebut juga sebagai kerbau sanget, karena banyaknya kerbau liar yang hidup bebas di dasar ngarai ini.

Batang Sianok kini bisa diarungi dengan menggunakan kano dan kayak yang disaranai oleh suatu organisasi olahraga air "Qurays". Rute yang ditempuh adalah dari nagari Lambah sampai jorong Sitingkai nagari Palupuh selama kira-kira 3,5 jam. Di tepiannya masih banyak dijumpai tumbuhan langka seperti rafflesia dan tumbuhan obat-obatan. Fauna yang dijumpai misalnya monyet ekor panjang, siamang, simpai, rusa, babi hutan, macan tutul, dan juga tapir.

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Ngarai_Sianok

Jumat, 09 Maret 2012

Batu Malin Kundang



        Batu Malin Kundang adalah sebuah batu yang menyerupai manusia tertelungkup di tanah di Pantai Air Manis, Padang, Sumatera Barat. Menurut masyarakat sekitar, batu tersebut diyakini sebagai Malin Kundang yang telah dikutuk oleh ibunya untuk menjadi Batu karena bersikap durhaka.

 Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Batu_Malin_Kundang

Jembatan Akar

 Jembatan akar Terletak di kampung Pulut-pulut kecamatang Bayang Utara. Objek wisata ini berjarak 24 KM dari Painan dan 65 KM dari Padang. Jembatan Akar ini merupakan objek wisata yang sangat unik karena jembatan ini terbentuk dari penyatuan jalinan akar-akar pohon beringin, sehingga membentuk suatu jembatan, dan yang menarik lagi di bawahnya terdapat sungai/batang Bayang, yang dapat digunakan untuk aktivitas arung jeram.

  Jembatan ini pertama kali dibuat oleh seorang tokoh masyarakat bernama Pakiah Sokan pada tahun 1916 dengan tujuan untuk menghubungkan dua desa yang terpisah oleh sungai. Kondisi jembatan ini semakin lama semakin kuat karena semakin besarnya akar pohon beringin yang membentuknya. Panjang jembatan ini 25 M dengan lebar 1,5 M, setiap hari libur tempat ini selalu ramai dikunjungi wisatawan.
  
Sumber : http://sumbarterkini.com/panorama/item/87-uniknya-jembatan-akar-painan-sumbar.html

Lembah Anai


  Lembah Anai terletak di Nagari Singgalang Kecamatan X Koto persisnya di jalan raya Padang-Bukittinggi dengan jarak sekitar 40 kilometer dari pusat Kota Batusangkar (via Padang Panjang). Lembah Anai terkenal dengan objek wisata air terjunnya. Lembah Anai sendiri merupakan daerah cagar alam yang dilindungi. Di dalam rindangnya hutan terdapat beberapa tanaman langka yang sekaligus menjadi daya tarik dari Cagar Alam Lembah Anai, salah satunya adalah bunga bangkai (amorphyphalus titanum). Bunga bangkai ini tumbuh subur di tengah hutan. Selain bunga bangkai ada juga beberapa tumbuhan kayu yang menjadi daya tarik kawasan cagar alam ini, di antaranya cangar, sapek, madang siapi-api (litsea adinantera), cubadak/cempedak air (artocarpus sp), madang babulu (gironniera nervosa), dan lain-lain.

   Ada pula hewan langka yang hampir punah, di antaranya harimau sumatra (phantera tigris sumatrensis), rusa (cervius timorensis), siamang (hylobates syndactylus), kera ekor panjang (macaca fascicu- laris), beruk (macaca nemestrena), trenggiling (manis java- nica), kancil (tragulus sp), tapir, dan biawak. Hewan yang sering dijumpai oleh wisatawan ketika melewati kawasan ini, adalah kera ekor panjang, siamang, dan beruk. Ketiga hewan ini selalu bergerak untuk mencari buah-buahan yang terdapat di kawasan hutan hingga ke pinggir jalan raya. 
   Sementara itu, untuk melihat hewan yang lain diperlukan tenaga pendamping yang mengantar pengunjung langsung ke tempat hewan tersebut biasa bermain dan mencari makan. Selain hewan-hewan tersebut, Cagar Alam Lembah Anai juga dihuni oleh aneka burung, seperti elang (accipitriade sp), burung balam (bolumbidae), burung punai, dan burung puyuh. Burung elang biasanya hidup di atas pohon tinggi. Apabila beruntung, wisatawan dapat melihatnya ketika burung tersebut terbang mengelilingi hutan untuk mencari mangsa. 

Sumber : http://118.97.147.219/index.php?option=com_content&view=article&id=1619&Itemid=321

Kamis, 08 Maret 2012

Puncak Lawang Matur-Panorama Danau Maninjau


Puncak Lawang. 
Semilir angin sejuk berhempus menerpa tubuh saat bergerak menuju Puncak Lawang. Di atas puncak yang berketinggian ± 1.210 m di atas permukaan laut, kita dapat menikmati keindahan kawasan Danau Maninjau dan Samudra Indonesia.

Semilir angin sejuk berhempus menerpa tubuh saat bergerak menuju Puncak Lawang. Di atas puncak yang berketinggian ± 1.210 m di atas permukaan laut, kita dapat menikmati keindahan kawasan Danau Maninjau dan Samudra Indonesia. Tak heran, tempat ini sejak zaman penjajahan Belanda sudah menjadi pilihan peristirahatan kaum bangasawan Belanda. Dari Puncak Lawang, kita dapat menikmati pemandangan yang memukau. Birunya langit yang berpadu dengan birunya laut.

Sambil melayang-layang bebas di udara menjelang mendarat di Bayur, tepian Danau Maninjau, dari atas udara itu kita dapat menikmati keindahan Danau Maninjau yang tiada duanya di dunia ini. Namun keindahan lain akan didapatkan ketika dengan tenang dan bertafakur memandangi Danau Maninjau dari puncak saja.

Saat ke Puncak Lawang, sebaiknya kita tidak hanya menikmati alam dan melakukan Paralayang, tetapi kita juga mesti mencobakan gula tebu (saka) khas Lawang. Saka Lawang ini terkenal dengan kemanisannya yang natural. Tidak jarang, wisatawan yang berkunjung menyempatkan diri membungkus beberapa Saka Lawang untuk dibawa pulang. Puncak Lawang terkenal dengan Sakanya lantaran di sana hampir keseluruhan daerah dipenuhi batang Tebu yang sengaja ditanam sebagai mata pencaharian. Dan rasa gulanya sangat enak dibandingkan gula tebu daerah lain. Bagi mereka yang menyukai tantangan dan lintas alam, kita dapat berjalan kaki lereng menuju Danau Maninjau.

Atau dapat pula melintasi hutan lindung menuju Embun Pagi. Suasana dan keindahan Embun Pagi tidak kalah saat memandang keindahan di Puncak Lawang. Jika kita ingin berlama-lama menikmati Danau Maninjau atau ingin menikmati Panorama Embun Pagi, jangan lupa singgah dulu di Pasar Matur, guna membeli Kacang Matur kacang rendang yang gurih untuk menemani perjalanan wisata anda nantinya. Objek wisata Embun Pagi, terletak tidak seberapa jauh dari objek wisata Danau Maninjau dan juga berada pada ketinggian sekitar ± 1.000 M dari permukaan laut. Berada di Embun Pagi memberikan kebebasan pada Anda untuk melayangkan pandangan menikmati keindahan alam sekitarnya. Dari sini, Anda juga bisa menikmati pesona objek wisata Danau Maninjau dari lain sisi. Berbagai fasilitas pendukung juga tersedia di Maninjau, salah satunya Hotel Maninjau.

Jika kita ingin turun menuju Danau Maninjau dari Embun Pagi, kita dapat menggunakan kendaraan pribadi atau bus umum. Perjalanan ke sana akan mengharuskan kita melewati kawasan Kelok Ampek Puluah Ampek. Menjelang sampai di bawah, kita akan menjumpai aneka macam souvenir seperti topi dari anyaman pandan, tas kampia, koleksi kalung, gelang dari tulang serta tanaman menjalar buah labu yang berkhasiat obat sekaligus dapat dijadikan penganan. Kawasan ini diberi nama Kelok Ampek Puluah Ampek, dalam bahasa Indonesianya tikungan 44, karena memang menjelang kita sampai di Danau Maninjau, kita akan melalui tikungan tajam sebanyak 44 kali. Pada tiap tikungan yang tajam itu, selalu diberi tanda sudah berapa tikungan yang kita lewati, dan semua tikungan itu berjumlah 44 buah.

Begitu anda sampai di bawah, maka anda akan disambut sebuah simpang tiga. Bila belok ke kiri, maka anda bisa pergi berkunjung ke rumah kelahiran Buya Hamka di Sungai Batang, tepatnya di Kampung Muaro Pauh. Di sebuah rumah sederhana 1908 atau 1325 Hijriah disitulah Hamka dilahirkan. Sekarang bangunan bersejarah itu telah ditempatkan sebagai museum rumah kelahiran Buya Hamka. Bila belok ke kanan, anda bisa menuju Lubuk Basung, ibukota kabupaten Agam. Perjalanan menuju Puncak Lawang salah satu perjalanan wisata yang mesti kita lakukan, karena tidak hanya satu sensasi objek wisata, tetapi sensasi lainnya juga akan tercipta

sumber :http://pelangiholiday.wordpress.com/2011/08/22/puncak-lawang-matur-panorama-danau-maninjau/

Panorama Danau Kembar Solok yang Memesona

Metrotvnews.com, Solok: Pesona alam di Sumatra Barat memang tak kalah menariknya dengan wilayah lain. Salah satunya adalah Danau Kembar di Kabupaten Solok. Danau ini selalu ramai dikunjungi wisatawan karena keindahan panoramanya. Danau ini terletak di jajaran Bukit Barisan.

 Disebut Danau Kembar karena memang danaunya terdapat dua. Berada saling berdampingan di jajaran Bukit Barisan. Jarak antara danau atas dan danau bawah, hanya sekitar 300 meter. Alhasil disebutlah Danau Kembar.

 Kawasan yang berada di pinggir Jalan Raya Padang, Muara Labuh Kerinci ini terkenal sebagai obyek wisata. Banyak wisatawan datang berkunjung ke tempat ini. Rata-rata jumlah wisatawan di lokasi ini mencapai ratusan orang per hari. Mereka datang dari berbagai daerah di Sumbar dan sekitarnya.

 Untuk mencapai lokasi Danau Kembar, sangat mudah. Dari Kota Padang, wisatawan bisa naik bus antarkota dengan ongkos Rp 20 ribu. Perjalanan sejauh 60 kilometer ini ditempuh dalam waktu sekitar satu setengah jam karena jalannya berliku.

 Danau Kembar memiliki kedalaman 44 meter. Wisatawan yang memiliki hobi memancing, bisa menyalurkannya di lokasi ini. Di sana tersedia tempat untuk memancing. Selain itu, para wisatawan juga bisa melihat Gunung Api Talang, yang masih aktif. Sepulang menikmati panorama Danau Kembar, wisatawan bisa membeli beraneka ragam jenis bunga di kawasan danau. Keindahan yang tersimpan di Danau Kembar Solok beserta ragam pesona lainnya, membuat kawasan ini tak pernah sepi dari wisatawan.(DSY)

Sumber: Metrotvnews.com

Rabu, 07 Maret 2012

Jam Gadang

   
   Jam Gadang adalah nama untuk sebuah menara jam yang terletak di jantung kota Bukittinggi, provinsi Sumatera Barat,Indonesia.Jam Gadang dibangun pada tahun 1926 oleh seorang arsitek bernama Yazin Sutan Gigi Ameh. 
  Jam Gadang ini merupakan hadiah dari Ratu Belanda kepada Rook Maker, Controleur atau sekretaris kota Bukittinggi pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Peletakan batu pertama menara jam ini dilakukan oleh putra pertama Rook Maker yang pada saat itu masih berumur 6 tahun.
 Sedemikian fenomenalnya, sejak dibangun dan sejak berdirinya, Jam Gadang telah menjadi pusat perhatian setiap orang. Hal itu pula yang mengakibatkan Jam Gadang dijadikan sebagai penanda atau markah tanah kota Bukittinggi dan juga sebagai salah satu ikon provinsi Sumatera Barat.
Pembangunan Jam Gadang konon menghabiskan biaya pembangunan dengan total sekitar 3.000 Gulden, biaya yang tergolong fantastis untuk ukuran waktu itu. Namun hal itu terbayar dengan terkenalnya Jam Gadang sebagai markah tanah yang sekaligus juga menjadi ikon Kota Bukittinggi. Selain itu, Jam Gadang juga ditetapkan sebagai titik nol kota Bukittinggi.

 Sejak didirikannya, menara jam ini telah mengalami tiga kali perubahan pada bentuk atapnya. Awal didirikan pada masa pemerintahan Hindia Belanda, atap pada Jam Gadang berbentuk bulat dengan patung ayam jantan menghadap ke arah timur di atasnya. Kemudian pada masa pemerintahan pendudukan Jepang berbentuk klenteng. Dan sejak proklamasi Kemerdekaan Indonesia, atap pada Jam Gadang berbentuk atap pada rumah adat Minangkabau (Rumah Gadang).
Renovasi terakhir yang dilakukan adalah pada tahun 2010 oleh Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) dengan dukungan pemerintah kota Bukittinggi dan Kedutaan besar Belanda di Jakarta, dan diresmikan tepat pada ulang tahun kota Bukittinggi yang ke 262 pada tanggal 22 Desember 2010.


      Luas denah dasar dari Jam Gadang adalah 13 x 4 meter, dengan tinggi menara 26 meter. Sementara itu empat buah jamnya yang didatangkan dari Rotterdam, Belanda melalui pelabuhan Teluk Bayur digerakkan oleh mesin secara mekanik dan memiliki diameter masing-masing 80 cm. Konon mesin pada Jam Gadang hanya dibuat dua unit di dunia; Jam Gadang itu sendiri dan Big Ben di London,Inggris.
Jam Gadang dibangun tanpa menggunakan besi peyangga dan adukan semen. Campurannya hanya kapur, putih telur, dan pasir putih. Keunikan dari Jam Gadang sendiri adalah pada kesalahan penulisan angka Romawi empat ("IV") pada masing-masing jam yang tertulis "IIII". Kesahalan penulisan seperti itu juga sering terjadi di belahan dunia, seperti angka 9 yang ditulis "VIIII" (seharusnya "IX") ataupun angka 28 yang ditulis "XXIIX" (seharusnya "XXVIII").

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Jam_Gadang